Sabtu, 30 Juni 2012

Tak Seindah yang Kau Kira

  Hawa dingin terasa membelai tubuhku, suasana cukup sunyi. Hanya gemericik air dari kolam ikan yang sayup-sayup aku dengar. Kini aku tengah duduk termangu di serambi rumah  dihadapan laptopku sambil mencoba mengais inspirasi untuk menyelesaikan novelku. Ini novel ketiga yang akan aku rilis. Aku menceritakan tentang kisah hidup seorang gadis tunanetra yang mencoba hidup mandiri ditengah
kekurangan yang dia miliki. Dan betapa beruntungnya dia karena memiliki seorang kekasih yang sempurna baginya. Yang mencintai dia dengan tulus. Tapi disini aku tidak akan menceritakan tentang gadis itu. Tapi aku akan bercerita tentang aku. Aku yang sebenarnya cukup iri dengan tokoh-tokoh yang berada dalam novelku. Selama ini aku selalu membuat cerita yang happy ending. Berharap agar hidupku happy ending juga. Tapi justru yang kurasakan adalah sebaliknya. Dari segi materi mungkin aku termasuk orang yang cukup. Aku sudah bisa mendapatkan uang sendiri dai pekerjaanku sebagai editor di suatu majalah. Dan pekerjaan sambilan sebagai penulis seperti yang aku lakukan saat ini. Dan jariku berhenti mengetik ketika aku mendengar ibu memanggilku.
“vora..kamu masih diluar?”
“iya bu.. masih nyari inspirasi.” Ibuku kini berada disampingku.
“sudah, kamu selesaikan didalam saja. Udaranya dingin, nanti kamu sakit.” Kata ibu sambil membelai rambutku. Tanpa berkata apa-apa lagi aku menuruti perintah ibuku dan menuju kamarku. Sesampainya dikamar, aku meletakkan laptopku dimeja. Dan pandanganku terhenti pada sebuah foto yang terpajang indah di mejaku. Ya.. itu fotoku dan adik perempuanku , namanya vera. Bisa dibilang kami memang mirip hanya bedanya aku mengenakan kacamata dan adikku tidak. Tapi dari sifat kami jauh berbeda. Adikku itu fashionable, dan dia termasuk populer disekolahnya. Dia masih berstatus sebagai siswa kelas 2 SMA. Masih labil-labilnya, dan kadang bandelnya kumat. Tapi jika sifat kekanak-kanakannya kambuh, dia selalu minta tidur sekamar denganku. Seperti malam ini. dia tiba-tiba sudah berada dipintu kamarku sambil memeluk boneka kelinci kesayangannya.
“kak vora..masih sibuk ya?”tanyanya
“enggak kok..ada apa sayang? kok bawa-bawa boneka, pasti mauu..”
“hehe.. nggak usah dikasih tau pasti kakak udah tau kan..”kata vera dan dia langsung menjatuhkan tubuhnya dikasur.
“aku takut tidur sendirian kak, soalnya tadi siang habis nonton film horor sama temen-temen, masih kebayang-bayang sampai sekarang.”
“hmm..ya udah..tapi tidurnya yang anteng ya. Jangan pecicilan.”
Aku segera membaringkan tubuhku disamping adikku. Dan berusaha memejamkan mataku. Karena esok hari aku harus kembali berkelut dengan rutinitas harianku.
***
Pukul 8 pagi aku sudah berada dikantor. Bertumpuk pekerjaan sudah menunggu untuk aku selesaikan. Sesampainya diruang kerja, aku segera menyalakan komputer dan membuka file yang berisi naskah-naskah yang harus aku koreksi dan rapikan page layoutnya. Baru sekitar 30 menit berkutat didepan komputer. Aku diberitahu Reta teman sekantorku bahwa Aku dipanggil atasanku ke ruangannya. Aku segera menuju ke ruangan Pak Hary, atasanku.
“Permisi pak , Tadi reta memberitahu saya bahwa bapak memanggil saya.”
“oh iya..ini ada naskah baru yang harus kamu seleksi, nanti silahkan koordinasi dengan TIM kamu.”kata pak Hary sambil menyerahkan 1 keping CD.
“Baik pak, nanti saya beritahu yang lain. Permisi pak..”kataku sambil meminta ijin kembali ke ruanganku.
“sebentar vora, ini ada karyawan baru, Saya berniat memasukkan dia dalam TIM kamu, karena dia cukup mahir dalam urusan desain, bagaimana? Kamu setuju?”
Kata pak hary sambil menunjuk seorang pemuda yang tengah bercakap-cakap dengan Pak agung, rekan seruangan pak hary. Pak Hary memberi isyarat pada pemuda itu untuk menemuinya. Aku memperhatikan wajahnya , seperti sudah pernah aku lihat sebelumnya. Kini dia berjalan kearahku. Aku semakin melihatnya dengan jelas. Dan jantungku rasanya berhenti berdetak ketika pak Hary menyebut namanya.
“ini Noval,yang bapak ceritakan tadi..” kata pak Hary. Aku masih tertunduk tak berani mengangkat kepalaku.
“bagaimana Vora? Kamu bersedia bekerjasama dengan dia? Tadi bapak sudah bertanya pada noval , dan dia setuju.”
“emm.. ya.. kalau itu bisa membuat tim kami lebih baik , saya setuju saja pak”kataku dengan gugup.
“baik kalau begitu, kalian bisa mulai bekerjasama sekarang, dan noval, kamu bisa ikut vora keruangannya supaya bisa kenal dengan rekan yang lain.”
“terimakasih pak.”
Aku dan noval segera keluar dari ruangan itu, aku berjalan lebih cepat, berharap semua ini hanya mimpi. Dan noval itu tidak pernah ada. Tapi tiba-tiba dia memanggilku.
“vora tunggu..”dia tampak mengejarku. Aku berhenti dan menoleh kearahnya.
“pekerjaanmu banyak sekali ya. Sehingga harus terburu-buru seperti itu?”tanyanya.
“emm.. tidak juga..”
“noval..”dia mengulurkan tanganya seperti mengajakku bersalaman.
“ya ..aku sudah tau namamu.”aku tidak membalas uluran tangannya. Tampak raut kecewa dimukanya.
“kita harus keruangan sekarang. Jangan mengajakku ngobrol disini.”aku segera melanjutkan langkahku. Noval menghela nafas, mungkin dia kesal. Entahlah.
Sesampainya diruangan aku mengenalkan noval kepada teman-temanku.  Selanjutnya  Aku memutuskan untuk melanjutkan pekerjaanku dulu. Aku benar-benar tidak habis fikir kenapa aku harus bertemu dengan noval lagi. Sebagai rekan kerjaku pula. Dan hal ini memaksaku untuk membuka lembaran kisah lama yang sudah aku tutup rapat. Tragisnya lagi dia sama sekali tidak mengenaliku. Dia adalah kakak kelasku semasa SMA. Dia 1 tahun lebih tua dari aku. Dan aku ini SECRET ADMIRERnya. Aku mengaguminya sejak  pertengahan semester 2 saat aku masih kelas 1. Bodohnya aku harus jatuh dalam pesonannya. Dia tidak terlalu tampan. Tapi dia punya pesona. Tubuhnya tinggi, walau tergolong kurus, tapi tidak terlalu kurus jika ditutupi dengan style pakaiannya. Wajahnya manis, matanya sipit dan dia lebih terlihat menawan ketika mengenakan kacamata. Semasa SMA dulu dia seorang drumer. Dan itu yang membuat dia banyak dikagumi gadis-gadis seantero sekolah. Aku hanya seperti upik abu yang merindukan seorang pangeran. Wajar saja jika dia tidak mengenalku. Karena aku sama sekali belum pernah bicara dengannya. Dan pertemuan dikantor ini adalah pertama kalinya aku berbicara dengannya dengan jarak yang begitu dekat. Dan aku pastikan bahwa aku akan semakin sering bertemu dengannya. Tapi aku takut. Aku takut kalau dia berhasil membawaku masuk kedalam jeratnya lagi. Karena aku masih saja merasa tidak berdaya dihadapannya. Untuk menatap matanya saja rasanya tak sanggup. Sejak dia lulus aku mulai mudah untuk melupakannya. Aku mulai bisa mengiklaskannya. Tapi kenapa sekarang dia harus datang lagi? Dia juga yang membuatku tidak pernah merasakan cinta yang indah. Karena aku tidak pernah bisa membuka hatiku untuk lelaki lain selama masih ada dia. Dan jadilah aku terjatuh dalam harapan palsu tentang dirinya. Tapi entah kenapa ada rasa bahagia yang aku rasakan. Aku senang bisa melihatnya lagi. Bisa bertemu dengan dia lagi. dan saat ini aku dan dia adalah rekan kerja yang memaksa kita untuk semakin sering bertemu. Apakah kisahku dengannya akan berakhir bahagia ??
***
            “serius lo ra? Jadi noval itu your first love? Wah nggak nyangka ra . selera lo bagus juga. lumayan juga sih dia.”kata reta saat makan siang bersamaku . aku memang menceritakan semuanya kepada reta. Karena aku tak sanggup menyimpan ini sendirian.
“bukan lumayan lagi. tapi dia emang keren. Tapi lo harus jaga rahasia ini. jangan sampai ada yang tau. Apalagi noval. Bisa mampus gue.”
“oke deh..kayak nggak kenal gue aja. Tapi bukannya malah bagus kalau dia tau yang sebenarnya.”
“bagus apanya. Mau ditaruh dimana muka gue kalau sampai noval tau gue pernah suka sama dia. Kenal gue aja enggak. Lagian sekarang gue udah nggak suka sama dia.”
“tapi gue nggak yakin. Gue rasa , lo masih nyimpen sisa sisa cinta lo ke noval.”
“sisa..lo pikir makanan ..ada sisa.”
“hehe..tapi malah bagus loh ra. Sekarang kan lo jadi sering ketemu dia. Bisa ngobrol juga. siapa tau harapan yang dulu bisa tercapai sekarang”
“nggak ah. Gue nggak mau berharap. Ntar malah jadi harapan palsu lagi. gue udah cukup ngrasain sakit gara-gara dia. Cinta sepihak itu nyiksa ret.”
“kalu emang dia tercipta buat lo..bisa aja kan.”
“ya semoga aja deh..hahaha”
“nah tuh kan masih ngarep..ketawan deh...cie..cie..”
“ih.apa’an sih lo..kayak anak kecil aja pake cie..cie..”
***
            Hari berikutnya ada meeting di kantor dengan TIM kerjaku. Dan tentunya noval juga ada disana. Kali ini posisi dudukku cukup strategis. Bukan disamping atau dihadapan noval, tapi aku bisa melihatnya tanpa dia merasa ada yang memperhatikan. Kali ini dia masih memakai kacamatanya. Jujur aku paling suka dengan matanya. Sesekali aku melirik ke arahnya. Tapi sepertinya dia merasa ada yang memperhatikan. Dan kini keadaan berbalik. Aku kedapatan tengah meliriknya. Dia tau, dia menatapku, sepintas dan. Dia tersenyum. Oh tuhan. Jantungku berdetak hampir 10kali lebih cepat. Tapi aku tak tau apa arti senyumannya. Selanjutnya aku tak berani menatapnya lagi. Hingga meeting usai. Aku keluar ruangan paling akhir. Dan baru saja akan keluar dari pintu, sudah ada yang menghadangku.
“mau kemana??”katanya sambil menahan tanganku.
“noval..”ucapku terkejut
“tadi ngapain diem-diem ngliatin gue waktu meeting”
Jedaaar.. mukaku berubah merah padam mendengar kata-kata itu.
“eng..nggak..siapa yang ngliatin..tadi kan Cuma kebetulan aja” aku berusaha ngeles
“masa sih.. hahaa..eh tapi kayaknya gue pernah ketemu lo sebelumnya.”
“pernah ..kemaren juga ketemu.”
“bukan..maksud gue sebelum gue kerja disini.”
“salah orang kalii..”
“masa sih.. tapi kayaknya emang pernah..tapi gue lupa.lo inget nggak”
“mana gue tau. Gue baru ketemu lo waktu lo kerja disini..” setelah lo lulus SMA batinku dalam hati.
“emm..mungkin bener salah orang kali ya. Oh iya.. lo mau makan siang?”
“iya..kenapa?”
“bareng yuk. Gue juga  mau makan siang.”
“lo duluan aja. Gue bareng sama reta.”
“oh..ya udah..kalo nyusul juga nggak papa kok..gue duluan ya.” Noval meninggalkanku.
Gilaa.. aku menepuk mukaku sendri. Menyesali betapa bodohnya aku. Kenapa aku bilang noval salah orang waktu dia ngira pernah ketemu aku sebelumnya. Harusnya aku bilang “iya.gue kan adek kelas lo” waktu dia ngajakin makan siang kenapa nggak aku iya.in aja sih..ah vora..ini kesempatan..
***
            Aku memutuskan untuk mengajak Reta makan siang di tempat yang Noval tuju tadi. Toh dia juga bilang kalau aku mau nyusul juga nggak papa. Dan sesampainya disana aku celingak celinguk mencari noval ..dan Reta menyenggol lenganku.
“ada apa’an?”tanyaku pada reta
“tuh..liat..tuh noval kan?”
aku melihat kearah meja yang ditunjuk reta. Dan rasanya lututku lemas melihat apa yang terjadi saat ini. Noval tengah makan siang bersama seorang wanita. Dan mereka tampak mesra sekali. Sesekali wanita itu menyodorkan suapan untuk noval ..kampungan..batinku kesal.. ditempat umum seperti  ini masih saja bisa suap-suapan . pantas saja noval makan siang bukan dikantin kantor, ternyata ini alasannya.
“cewek itu siapa sih..kampungan banget..pake suap-suapan segala.kayak anak kecil.”umpatku.
“sabar ra..emm..apa mungkin dia pacarnya ya..”
“engggaaakk!!”umpatku sekali lagi.
“loh kenapa ra? Lo cemburu? Kan lo bilang sendiri kalo lo nggak mau terlalu berharap. Kan lo juga nggak tau noval udah punya cewek apa belum”
“tapi ret..gue sayang sama dia..”
“iya..iya.. gue tau.. ya udah..kan belum tentu kalau cewek itu pacar noval. Mendingan kita tanyain dulu aja. Kita tunggu sampai dia pulang”
“lo aja yang nanya ..gue nggak sanggup..”aku menahan dadaku yang tiba-tiba terasa sesak.
“iya nanti gue tanyain.”
***
            Cukup lama aku menunggu noval selesai makan siang. Dan nyeseknya lagi setelah mereka selesai, justru pemandangan yang semakin membuat hatiku hancur ketika perempuan itu mendaratkan ciuman di pipi noval. Benar-benar kampungan..rasanya aku inggin menggebrak meja atau saat itu juga menampar perempuan itu. tapi aku bukan siapa-siapa noval L. Noval hanya mengantar perempuan itu sampai seberang jalan, dan perempuan itu lenyap bersama taksi yang dia tumpangi. Aku dan reta meyusul noval. Untunglah masih terkejar. Aku bersembunyi di belakang reta untyk menyembunyikan raut wajahku yang sudah tidak karuan.
“eh..kalian makan disini juga.tadi vora gue ajakin nggak mau”kata noval
“niatnya sih emang kita mau nyusul. Tapi ternyata lo lagi makan sama cewek, cewek tadi pacar lo ya?”
“oh..yang itu..iya dia pacar gue.emang sengaja ketemuan disini..kan nggak mungkin kalau di kantin kantor.”
“terus kalau lo mau makan bareng pacar lo, ngapain lo tadi ngajakin vora? Emang dia mau lo jadiin obat nyamuk gitu?”
“ya nggak gitu. gue kan Cuma niat ngajakin aja..”
“udah ayo balik ret..”aku menarik tangan  reta. Rasanya badanku benar-benar lemas mendengar perkataan noval tadi. Aku memang salah. Tak seharusnya aku bersikap seperti ini. tapi aku sudah terlanjur menyayanginya. L
***
            Aku melanjutkan karangan novelku dikamar, aku kembali teringat kisah cintaku sendiri. Yang rasanya hanya diisi sakit hati karena noval . karena cinta sepihak yang menyiksa ini. Rasanya aku ingin menjadi tokoh dalam novelku yang selalu aku beri kebahagiaan di akhir ceritanya. Tapi apa yang bisa aku lakukan. Apa aku harus melawan takdir. Itu semua tidak mungkin. Dan aku akan masih terus bertemu noval dalam hari-hariku selanjutnya. Andai dia tau jika aku menyukainya . apakah dia akan menghampiriku? Tapi apakah semua itu akan terjadi? . aku hanya berharap suatu saat nanti aku akan menemukan kebahagiaan. Walau itu bukan berasal dari sosok noval J

Penulis: fitri andriani
Twitter : @viivitri
24 06 2012s